Best Practice Amal Usaha Muhammadiyah

Sabtu, 18 Desember 2021 00:30 WIB   AIK & MKWK

Kamis 16 Desember 2021, Muhammadiyah berusia 109 tahun. Sangat banyak yang dilakukan oleh Muhammadiyah sejak kelahirannya hingga usianya yang melebihi satu abad ini. Kini lembaga Muhammadiya sedang memasuki abad kedua dan terus berkomitmen menebarkan kemaslahatan untuk seluruh umat yang ada di Muhammadiyah atau dari luar Muhammadiyah contohnya NU, dan non muslim. Kemaslahatan yang diberikan oleh Muhammadiyah bukanlah sekedar pembicaraan belakang saja. Namun, terkait sebuah data yang dirilis media sosial bahwa Muhammadiyah memiliki ribuan amal usaha atau yang disebut dengan AUM. Mulai dari lembaga sosial, kesehatan, masjid, dan pondok pesantren.

Dalam AUM bidang sosial atau pendidikan mencatat bahwa Muhammadiyah memiliki 22.000 lembaga pendidikan usia dini TK/PAUD. Sedangkan di tingkat pendidikan dasar SD/MI, Muhammadiyah memiliki lembaga pendidikan berjumlah kurang lebih 2.766. Tingkat pendidikan menengah SMP/MTS berjumlah kurang lebih 1.826. Tingkat pendidikan menengah ke atas SMA/SMK/MA berjumlah kurang lebih 1.407. Terakhir, tingkat pendidikan tinggi, Muhammadiyah memiliki 164 perguruan tinggi.

Amal usaha Muhammadiyah di bidang sosial memiliki 384 panti asuhan. Dalam bidang kesehatan, Muhammadiyah memiliki 364 rumah sakit dan klinik kesehatan. Selain itu, Muhammadiyah memiliki 20.198 masjid dan mushala serta 356 pondok pesantren. Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) juga merupakan lembaga sosial milik Muhammadiyah yang menangani persoalan bencana alam. Dalam penanganan virus atau wabah Covid-19, Muhammadiyah membentuk tim lembaga khusus yang bernama MCCC atau dikenal sebagai Muhammadiyah Covid-19 Command Center.

Perkembangan Muhammadiyah saat ini tentunya tidak dibangun secara instan. Melainkan melalui proses atau tahap yang sangat panjang. Muhammadiyah, dengan berbagai metode dakwah serta pendekatannya telah berhasil memberikan kemaslahatan dan kemanfaatan yang tidak diperuntukkan bagi warga Muhammadiyah saja melainkan umat muslim bahkan lintas agama. Hal tersebut dibuktikan ketika relawan Muhammadiyah memakamkan jenazah yang meninggal dunia akibat wabah virus Covid-19 tanpa memandang agama jenazah.

Selain itu Muhammadiyah mendirikan pendidikan tinggi yang bersifat universal. Artinya, mahasiswanya tidak hanya umat muslim, non muslim dapat belajar di perguruan Muhammadiyah. Sebagai contoh adalah Perguruan Tinggi Muhammadiyah Kupang, yang kurang lebih 80% mahasiswanya beragama Nasrani. Tidak hanya itu, di daratan Papua sana terdapat Perguruan Tinggi Muhammadiyah yaitu Universitas Muhammadiyah Sorong, dan Universitas Muhammadiyah Papua.(aik.umm)

Penulis: Akmad Faisol Khaq

Prodi: Ekonomi Pembangunan (FEB) Universitas Muhammadiyah Malang

Artikel merupakan ulasan ringan dari buku yang berjudul “Muhammadiyah di Mata Mahasiswa”. Buku ini ditulis oleh para mahasiswa UMM berdasarkan pengalaman mereka mengenal Muhammadiyah di lapangan.

Shared: