Pendidikan Al-Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK) di Universitas Muhammadiyah Malang ada sejak Tahun 1988 – 1990, baik kurikulum maupun pelaksanaaanya di bawah koordinasi unit TPAIM ( Tim Pembina Al-Islam dan Kemuhammadiyaan) atau lembaga yang tidak secara khusus mengelola AIK. Unit ini kemudian berubah menjadi PDKIM (Pusat Dokumentasi dan Kajian Al-Islam dan Kemuhammadiyaan ) hingga tahun 1994 dan berubah menjadi LSIK (Lembaga Studi Islam dan Kemuhamadiyaan ) dan PSIK( Pusat Studi Islam dan Kemuhammadiyaan ) hingga tahun 1998. Unit atau lembaga ini mempunyai beberapa agenda, selain kajian harus melayani agenda-agenda pesanan. Sehingga pendidikan AIK belum mendapatkan perhatian yang memadai. Baru pada bulan Febuari 1999, AIK di kelola unit atau kepala bagian AIK dan MKDU hingga sekarang ( 14 tahun lebih ) yang secara organisatoris di bawah koordinasi Biro Administrasi Akademik (BAA) dan bertanggung jawab pada Pembantu Rektor 1.
Periode Rekonstruksi (1996 – 1998)
Perubahaan kurikulum AIK di Universitas Muhammadiyah Malang sudah banyak kali dilakukan. Agaknya dibutuhkan waktu yang agak lama untuk merekonstruksinya dari periode awal 1960-an hingga akhir 1980-an. Awal semester ganjil 1996/1997 untuk pertama kali kurikulum AIK secara resmi dicetak, setelah tim kecil yang dibentuk melewati serangkaian diskusi. Sebelum ini agaknya baru ada silabus AIK untuk masing-masing mata kuliah yang belum menggambarkan bangunan kurikulum pendidikan AIK. Periode ini mungkin lebih tepat di sebut sebagai periode rekonstruksi, karena tim LSIK telah berhasil menghimpun gagasan yang berserakan kedalam suatu silabus yang utuh dengan berupaya menyusun format pendidikan AIK yang lebih baik.
Periode Validasi (1998 – 2001)
Peroide berikutnya, yaitu menjelang semester ganjil tahun 1998/1999 ketika kurikulum AIK kembali mengalami penyempurnaan. Kurikulum pendidikan AIK 1996 yang masih berbentuk silabus dan hanya menyajikan topik –topik bahasan di anggap terlalu umum karena itu perlu dibuat yang lebih rinci. Perubahaan yang dilakukan terutama dibuat kolom-kolom tujuan pembelajaran, pokok bahasan, sub pokok bahasan, alokasi waktu hingga referensi termasuk penyebutan halaman. Periode ini mungkin lebih tepat di sebut sebagai periode validasi. Dari silabus yang diupayakan menjadi bangunan kurikulum kemudian diperkokoh hingga menjadi lebih baik bahkan menjadi sebuah kurikulum. Setelah melakukan validasi kurikulum 1996 menjadi 1998 (yang disempurnakan),bukan berarti persoalan di anggap selesai. Beberapa dosen masih menanggap beberapa materi kurikulum hasil validasi ini dianggap berlebihan untuk ukuran riil mahasiswa, bahkan cenderung hanya memenuhi selera intelektual sebagian dosen. Kurikulum ini tidak berbasis pada kebutuhan mahasiswa tentang Islam, sehingga seberapa peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan keagamaan mahasiswa sulit di ukur. Karena itu perlu di lakukan perubahaan yang lebih mendasar dan tidak tambal sulam sifatnya.
Periode Reformasi (2001 - 2005)
Kurikulum AIK mengalami perubahaan mendasar terutama menjelang semester Ganjil Tahun Akademik 2001/2002. Lebih kurang dibutuhkan waktu satu semeter untuk mempersiapkan perubahaan ini, dimulai dari Undangan Rektor untuk mendiskusikan kemungkinan penataan kembali pendidikan AIK, Pembentukan tim perumus draf ,rapat-rapat tim hingga lokakarya yang melibatkan semua unsur terkait. Upaya ini menghasilkan format baru pendidikan AIK sebagaimana tergambar dalam kurikulum AIK 2001. Beberapa perbedaan mendasar kurikulum sebelumnya, misalnya cara pandang terhadap mahasiswa ,pengalokasian materi untuk masing-masing tingkatan,dan pengintregasikan antara Al-islam dan Kemuhammadiyahan sehingga tidak ada lagi pemisahan antara keduanya. Periode ini agaknya lebih tepat kalau disebut sebagai periode reformasi .Karena perubahan yang dilakukan bersifat lebih mendasar meskipun dalam beberapa hal tetap mengakomodasi kurikulum sebelumnya.
Performa kurikulum 1996,1998 dan 2001 lebih jelas dapat dibaca pada tabel dibawah ini . Perubahan yang digambarkan pada tabel ini masih sebatas nomenklatur serta waktu penyajian. Pada kurikulum 1996 tampak misalnya bahwa masih dipakai nomenklatur Al-islam I,II dan kemuhammadiyahan I,II masing –masing dengan 2SKS atau 8 SKS secara keseluruhan dan disajikan pada semester I,II, VI danVII. Kurikulum 1998 nomenklatur yang di gunakan berubah menjadi Studi Islam I,II,III,dan IV,masing-masing dengan bobot 2 SKS atau 8 SKS secara keluruhan dan di sajikan pada semester I,II,Vdan VI. Sedangkan kurikulum 2001 nomenklaturnya diintegrasikan sehingga menjadi AL-Islam –Kemuhammadiyaan dan di singkat AIK I,II,V,dan VI, dengan bobot I SKS tapi 2 JS (Jam Studi ) atau 4 SKS secara keseluruhan, se hingga tetap setara dengan 8 SKS .
Tabel 1. Perbandingan Kurikulum Pendidikan AIK Tahun 1996,1998 dan 2001 dari aspek Nomenklatur dan Waktu Penyajian
KURIKULUM AIK |
|||||
1996 |
1998 |
2001 |
|||
Nomenklatur |
Smt |
Nomenklatur |
Smt |
Nomenklatur |
Smt |
Al-Islam I |
1 |
Studi Islam I |
I |
AIK-I |
I |
Kemuhammadiyahan 1 |
II |
Studi Islam II |
II |
AIK-II |
II |
Al-Islam II |
VI |
Studi Islam III |
V |
AIK-III |
V |
Kemuhammadiyahan II |
VII |
Studi Islam IV |
VI |
AIK IV |
VI |
Sumber .Kurikulum AIK 1996.1998 dan 2001.
Ketiga periode ini menggambarkan adanya tahap-tahap perubahan yang berlangsung seolah terjadi dalam rentang waktu yang relatif singkat,lima hingga enam tahun. Fakta yang sesungguhnya untuk sampai pada kurikulum AIK 2001 dibutuhkan waktu sepuluh hingga dua belas tahun pencarian melalui diskusi rutin Ahad Malam. Hingga paruh pertama tahun 1990-an, PDKIM-UMM aktif menggelar diskusi ini. Forum ini di buka untuk umum dengan harapan dapat menyerap sebanyak-banyaknya harapan dan pandangan civitas akademika, persyarikatan terhadap konsep AIK. Meski begitu, hanya beberapa dosen saja yang aktif di tambah unsur pimpinan UMM .karena itu perubahan ini tidak terjadi dengan sendirinya tetapi melalui proses pencarian yang panjang dan mungkin masih akan terus berlangsung meskipun dengan format dan Setting yang berbeda. Menurut Asmara (2002), setiap perubahan kurikulum pendidikan termasuk kurikulum AIK di UMM, lebih di sebabkan oleh budaya organisasi yang melandasinya. Dalam konteks pengembangan AIK ini, maka budaya organisasi tersebut lebih tepat dimaknai sebagai perwujudan spirit tajdid dalam kultur persyarikatan Muhammadiyah .
Perbedaan penting kurikulum AIK 2001 dengan sebelumnya terutama pada asumsinya terhadap mahasiswa. Kalau sebelumnya mahasiswa di perlakukan sama dalam suatu pendekatan klasikal, kurikulum 2001 sangat memperhatikan perbedaan latar belakang pendidikan dan pengetahuan agama mahasiswa. Karena itu sejak tahun 2001 mahasiswa baru (MABA) sebelum memasuki pendidikan AIK mereka wajib mengikuti Placement test, bahkan pada tahun 2002 Placement test AIK dilakukan bersamaan waktuanya tes wawancara penerimaan mahasiswa baru. Hasil tes ini kemudian menjadi dasar pembagian kelas AIK. Mahasiswa yang pengetahuan agamanya di atas rata-rata khususnya yang berlatar belakang pondok pesantren atau madrasah aliyah yang di anggap mampu di kelompokkan dalam fashl al-mutaqaddimin (kelas lanjut). Mahasiswa yang pengetahuan agamanya satu tingkat di bawah kelas ini di masukkan kedalam Fashl al-mutawassitihin(kelas menengah) , mereka umumnya sudah lancar membaca al –Qur’an dan yang belum mengenal huruf Arab dan pemahaman agamanya rendah di masukkan kedalam Fashl al-Mubtadi’iin (kelas pemula ) yang materinya sebagaiman dalam table 2.
Tabel 2 Pembagian Kelas dan Distribusi Materi Pendidikan AIK berdasarkan kurikulum 2001
Materi |
AL-Fushul |
Smt |
||
Al-Mubtad’in |
Al-Mutawassithin |
Al-Mutaqaddimin |
||
AIK-I |
Tafhim al –Qur’an al-Assy |
Dasar-dasar Islam |
Dirasah Islamiyah |
I |
AIK-II |
Teori dan praktik Ibadah |
Aspek sejarah dalam Islam |
Metodologi Studi al Qur’an dan Sunnah |
II |
AIK-III |
Dasar-dasar Islam |
Metodologi Studi Islam |
Pendekatan Ilmu –ilmu Sosial dalam Kajian Islam |
V |
AIK-IV |
Aspek Sejarah dalam Islam |
Studi Tematk al Qur’an |
Studi Tematik al-Qur’an |
VI |
|
Paket Pilihan : Teori dan Praktik Dakwah |
VII |
Sumber :Kurikulum Pendidikan AIK 2001
Pada kurikulum ini tampak bahwa Al-Islam dan Kemuhammadiyahan mulai diintegrasikan. Ini berbeda dengan kurikulum sebelumnya yang masing –masing berdiri sendiri-sendiri bahkan seperti tidak saling terkait. Pada kurikulum 2001 Muhammadiyah ditempatkan sebagai metodologi, sementara isi atau materinya adalah Al- Islam baik ajaran maupun sejarahnya, misalnya pada materi dasar-dasar Islam terdapat pokok bahasan aqidah ,maka materi aqidah ini harus dapat ditempatkan pada kerangka pemikiran Muhammadiyah tentang aqidah . begitu pula pada pokok bahasan ibadah juga harusnya di tempatkan dalam suatu kerangka pemikiran Muhammadiyah tentang Ibadah. Tentu tidak semua materi dan pokok bahasan dapat di tempatkan dalam kerangka pemikiran Muhammadiyah..
Sesuai dengan paradigma baru pengelolaan pendidikan tinggi sebagaimana tertuang di dalam Higher Education Long Term Strategy (HELTS) 2003 -2010, maka kurikulum AIK haruslah berorientasi kepada kebutuhan mahasiswa, sehingga mampu mengembangkan kapabilitas intelektualnya sesuai dengan potensi yang dimiliki, untuk menjadi warga negara yang bertanggungjawab dan mampu berkontribusi pada daya saing bangsa. Kurikulum AIK 2005, sebagai hasil lokakarya penyempurnaan kurikulum AIK 2001 diarahkan untuk mencapai sasaran seperti tersebut diatas. Kurikulum ini tetap disajikan dalam 4 semester dengan tetap memperhatikan tingkat kemampuan dan pemahaman awal mahasiswa tentang Al-Islam dan Kemuhammadiyahan, sebelum mereka mengikuti AIK I (satu) sesuai dengan paradigma baru pengelolaan pendidikan tinggi diatas.
AIK I identik dengan P2KK (2004 – 2013)
Untuk lebih mengintensifkan pembinaan dan pengembangan kepribadian yang lebih kokoh dan mantap sesuai dengan tuntunan Islam sehingga menjadi mahasiswa yang berakhlaqul karimah, maka mulai Tahun Akademik 2004/2005 penyajian AIK I diintegrasikan dengan kegiatan Pelatihan Pengembangan Kepribadian dan Kepemimpinan (P2KK). Mahasiswa dibagi dalam kelompok kecil antara 200-300 mahasiswa pada setiap angkatannya., kemudian diasramakan selama 6 hari , dengan jumlah jam efektif tidak kurang dari 60 jam (3600 menit). Secara akademis AIK I memperoleh porsi kegiatan sebanyak 1800 menit yang setara dengan 18 kali pertemuan perkuliahan selama satu semester (@100 menit). Dengan penyajian AIK I yang intregated dengan P2KK ini diharapkan dapat menjadikan pembelajaran Al-Islam dan Kemuhammadiyahan lebih menyenangkan , langsung dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari dan tidak menjadi beban dalam studi, tetapi justru menjadi kebutuhan hidupnya.
Mulai tahun 2009 sampai sekarang Pelatihan Pengembangan Kepribadian dan Kepemimpinan ( P2KK/ AIK I) berubah nama menjadi Program Pembentukan Kepribadian dan Kepemimpinan ( P2KK/AIK I) dengan harapan bahwa mahasiswa yang telah mengikuti Program tersebut dapat mengasah potensi yang dimilkinya berupa kepemimpinan dan kepribadian sesuai dengan harapan UMM
Tabel 3. Pembagian Kelas dan Distribusi Materi Pendidikan AIK berdasarkan kurikulum 2005
Materi |
AL-Fushul |
Smt |
||
Al-Mubtad’in |
Al-Mutawassithin |
Al-Mutaqaddimin |
||
AIK-I |
Teori dan Praktek Ibadah/P2KK |
Teori dan Praktek Ibadah/P2KK |
Teori dan Praktek Ibadah/P2KK |
I |
AIK-II |
Tafhim Al Qur’an Al-Asasy |
Dasar-dasar Islam |
Dirasah Islamiyah |
II |
AIK-III |
Dasar-dasar Islam |
Aspek sejarah dalam Islam |
Aspek sejarah dalam Islam |
V |
AIK-IV |
Aspek Sejarah dalam Islam |
Studi Tematk al Qur’an dan al Hadits |
Metodologi Studi al Qur’an dan Sunnah |
VI |
Sumber :Kurikulum Pendidikan AIK 2005
Sebagai konsekuensi logis adanya penyempurnaan kurikulum AIK yang diberlakukan secara efektif mulai tahun akademik 2005 dan seterusnya, maka diikuti pula kesiapan para dosen dalam menyesuaikan dan meningkatkan ketrampilan pembelajaran AIK dengan berbagai metode, termasuk pemanfaatan multimedia..
Kajian Ahad Pagi (2005 – 2013)
Dalam rangka menambah wawasan keagamaan dan keilmuan bagi poara mahasiswa, sejak tahun 2005 diadakan kajian keagamaan setiap hari ahad bagi mahasiswa yang mengambil mata kuliahh AIK selama satu semester sebagai tambahan keilmuan dan masih berlangsung sampai sekarang .
Setelah berjalan lima tahun dalam pelaksanaan kurikulum AIK 2005 mulai tampak bahwa materi kuliah AIK IV bagi kelas Mutaqaddimin dirasakan terlalu tinggi bagi mahasiswa khususnya mahasiswa non FAI dan sebagai bahan evaluasi dari pelaksanaan kurikulum 2005 dilakukan workshop kurikulum AIK dan dilanjutkan lokakarya kurikulum AIK hingga terbentuklah kurikulum AIK 2010 ( Tabel 4) yang baru yang lebih sederhana meskipun tetap memperhatikan perbedaan latar belakang pendidikan dan pengetahuan agama mahasiswa, yang lebih ditekankan dalam pelaksanaan kurikulum 2010 adalah metode pembelajarannya pada masing-masing kelas sehingga tujuan pembelajaran AIK tercapai.
Tabel 4. Pembagian Kelas dan Distribusi Materi Pendidikan AIK berdasarkan kurikulum 2010
Materi |
AL-Fushul |
Smt |
||
Al-Mubtad’in |
Al-Mutawassithin |
Al-Mutaqaddimin |
||
AIK-I |
Teori dan Praktek Ibadah/P2KK |
Teori dan Praktek Ibadah/P2KK |
Teori dan Praktek Ibadah/P2KK |
I |
AIK-II |
Aqidah dan Ibadah |
Aqidah dan Ibadah |
Aqidah dan Ibadah |
II |
AIK-III |
Kemuhammadiyahan |
Kemuhammadiyahan |
Kemuhammadiyahan |
V |
AIK-IV |
Akhlak dan Mu’amalah |
Akhlak dan Mu’amalah |
Akhlak dan Mu’amalah |
VI |
Sumber :Kurikulum Pendidikan AIK 2010
Tujuan Kurikulum AIK 2010 adalah :
1. Memberikan pemahaman tentang Aajaran Islam yang dapat menumbuhkembangkan kekuatan Iman dan Amal Sholeh.
2. Memberikan ketrampilan membaca dan memahami Al Qur’an dan Al Hadits sebagai sebagai sumber utama Ajaran Islam.
3. Memberikan ketrampilan beribadah yang berdasar Al Qur’an dan Al Hadits
4. Memberikan pemahaman tentang Muhammadiyah sebagai gerakan Islam, dakwah dan Tajdid.
5. Memberikan guideline untuk berperilaku positif (berakhlak karimah) dalam kehidupan yang berdasar pada nilai-nilai keislaman kemuhammadiyahan .
Periode Pasca Reformasi (2010 – sekarang)
Periode ini merupakan periode yang sangat mengkhawatirkan bagi saya pribadi,,selaku pengawal dalam menjalankan tujuan kurikulum AIK 2010 seperti disebutkan diatas. Dikarenakan pada era reformasi dan informasi yang begitu cepat membutuhkan metode/teknik pengajaran yang membuat para mahasiswa menjadi terkesan dan tertarik untuk memahami Islam dan mengenal gerakan serta tujuan dari Muhammadiyah . Oleh karena diperlukan kerjasama/ jejaring dengan semua pihak yang punya tujuan yang sama dalam pembinaan kepribadian nilai-nikai Islam bagi mahasiswa UMM baik dengan bidang I ( akademik) mulai dengan Para Pembantu Dekan I, Ketua Jurusan/prodi maupun bidang III ( kemahasiswaan), Lembaga Intra maupun Ekstra.
Sejak tahun 2011 bagian pengajaran AIK telah bekerja sama dengan Markaz dakwah dalam pembinaan dan pemdampingan Baca Tulis Qur’an oleh asisten dosen bagi mahasiswa semua fakultas kecuali non FAI yang dari hasil placement tes masuk dikelas Mubtadiin selama satu semester pada semester II. Hasil dari pembinaan selama satu semester tersebut apabila layak naik tingkat maka akan dipindahkan ke kelas Mutawasitrh pada semester selanjutnya. Dan masih menjadi cita-cita saya yang belum terwujud, yaitu sertifikat BTQ bisa disejajarkan kedudukannya dengan sertifikat –sertifikat yang lain, seperti P2KK, Pesmaba, KKN dll. Agar dapat memotivasi bagi mahasiswa yang belum bisa membaca Al-Qur’an bersungguh-sungguh sehingga lulusan UMM bisa membaca Al-Qur’an semuanya dengan baik dan benar. Sedangkan bagi mahasiswa non muslim tetap mengikuti perkuliahan regular dan dimasukkan di kelas mubtadiin dan pada waktu Kajian Ahad Pagi mereka mengikuti kajian di tempat ibadah mereka masing-masing dengan bukti membawa resuman..
Pada tahun 2012 juga sudah mulai focus memikirkan kelanjutan pembinaan kelas mutaqddimin, dimana dengan hanya 2 kelas ( jumlah mahasiswanya 75 orang), dapat mendapatkan calon-calon ilmuwan yang islami yang bisa menjadi contoh bagi teman-teman mahasiswa yang lain.
Penutup
Demikian sejarah singkat perjalanan AIK dan pengembangan kurikulumnya semoga bisa memberikan gambaran secara gamblang bagi para pembaca tulisan ini dan apabila ada tulisan yang kurang sesuai dengan realitas yang ada kami mohon maaf yang sebenarnya. Albirru manittaqa. Billahi Fi sabililhaq Fastabiqul khairat.