Pusat Studi dan Filsafat Islam (PSIF) bekerja sama dengan Bagian Pengembangan AIK mengadakan bedah buku bertajuk “Filsuf Membumi dan Mencerahkan; Menyamai dan Menuai Legasi Pemikiran Amin Abdullah”. Kegiatan ini berlangsung di Ruang Sidang Senat Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) pada Senin (28/23) yang dihadiri oleh dosen pembina matakuliah AIK dan MKDU serta unsur pimpinan PDM, PDA Malang Raya dan ortom.
Acara bedah buku yang cukup semarak ini dibuka oleh Wakil Rektor I UMM, Prof. Syamsul Arifin dan ditutup dengan dialog. Terkuak bahwa Prof. Amin Abdullah memiliki tiga sanad keilmuan, yaitu pertama dari Pondok Modern Darussalam Gontor, khususnya pada penguasaan bahasa, leadership dan pergerakan. Kedua, dari Mukti Ali untuk dasar-dasar studi Islam dan Kuntowijoyo dalam pengembangan keilmuan sosial.
Ide-ide Prof. Amin tidak lekang oleh waktu. Salah satu pemikiran beliau yang tertulis dalam buku Studi Islam: Normativitas dan Historisitas merupakan buku babon. Meski ditulis pada tahun 1996, namun hingga kini masih menjadi rujukan dalam bidang studi Islam. Acara ini diisi oleh tiga pembedah buku. Pembedah dari unsur unsur filosof menghadirkan Romo Robertus Wijanarko, Ph.D Dosen STF Widyasasana Malang, pembedah kedua, Dr Saiful Amien Dosen PAI UMM yang membedah anatomi buku dengan judul Filsuf yang Muhammady: Amiin dan Abdullah.
Saiful Amien menjelaskan penggunaan istilah Muhammadiy lantaran Amin Abdullah adalah professor yang tumbuh dengan kultur Muhammadiyah. Beliau juga seorang leader dan banyak mendapat amanah sebagai seorang pemimpin, tergambar dalam kata amiin. Sebagai seorang intelektual, Prof. Amin adalah seorang Abdullah, memiliki integritas moral tinggi. Pembedah ketiga dari unsur penulis, Pradana Boy ZTF, Ph.D. Dalam buku tersebut Pradana menulis dengan judul: Menjadi Interdisipliner, Menjadi Terbuka: Alternative Discourse Ilmu Pengetahuan dan Sikap Keberagamaan.
Buku yang diterbitkan Pimpinan Pusat Muhammadiyah beberapa waktu lalu ini menjadi kado istimewa bagi Amin Abdullah dan menjadi topik penting untuk penelitian lebih lanjut oleh Pusat Studi Islam dan Filsafat (PSIF). Amin Abdullah, filsuf yang juga pakar hermeneutika ini mengatakan bahwa PSIF telah mengambil langkah tepat untuk terus melanjutkan kajian filsafat dan pengembangan Islam.
“Ada hal yang kurang dari buku ini. Buku ini tidak memberikan ruang pada tokoh penulis perempuan. Karena pada setiap tradisi kepenulisan saya sering melibatkan tokoh perempuan,” kata Amin. Lanjut Amin, masih sangat sedikit yang mempelajari sekaligus menjadikan filsafat sebagai kajian intensif di kalangan internal umat Islam bahkan di Indonesia. Hanya orang Kristen yang tahu filsafat. “Umat Islam tidak mengenal yang namanya filsafat. Umat Islam hanya mengenal istilah fikih”.
“Faktanya, banyak umat Islam yang mengharamkan filsafat. Menjadi tugas khusus bagi saya untuk mengoreksi pandangan umat Islam tentang filsafat,” tutur mantan Rektor Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Ia menambahkan, filsafat mengajarkan banyak hal dalam memahami tujuan agama. “Ilmu Islam harus semakin kritis, bukan taklid. Hal ini yang harus dilakukan oleh umat Islam melalui filsafat,” jelas Amin.
Mantan Ketua Majelis Tarjih dan Pengembangan Pemikiran Islam PP Muhammadiyah ini berharap agar generasi muda dapat terus melanjutkan pengembangan komprehensif kajian filsafat sebagaimana Muhammadiyah tidak henti-hentinya melahirkan tokoh-tokoh intelektual di bidang ini. (An/Ida)